Kamis, 17 Maret 2011

Amerika tidak siap hadapi bencana radiasi nuklir

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA–Kebanyakan negara bagian di Amerika Serikat tidak siap menghadapi bencana radiasi nuklir, demikian hasil penelitian yang dirilis Senin (14/3). Rilis studi ini secara kebetulan berdekatan dengan peristiwa gempa yang melanda reaktor nuklir di Jepang.
Survei yang dilakukan terhadap departemen kesehatan di negara-negara bagian dilakukan pada tahun 2010 dan menemukan bahwa hampir separuh dari 38 negara bagian di Amerika yang ambil bagian dalam penelitian ini tidak memiliki rencana jelas soal bagaimana melindungi kesehatan masyarakat pada saat gawat darurat radiasi terjadi di negeri itu.
“Kebanyakan negara bagian hanya punya sedikit atau sama sekali tidak ada rencana terkait upaya pemantauan kesehatan publik untuk mencari tahu potensi dampak radiasi terhadap kesehatan manusia,” disebutkan dalam survei yang dirilis di jurnal Asosiasi Medis Amerika.
Hanya sedikit negara bagian yang mengaku mempunyai kelengkapan untuk mengetes anggota masyarakat kadar paparan radiasi nuklir.
“Hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa dari berbagai segi kapasitas dan kemampuan kesehatan publik, negeri ini masih kurang siap menghadapi kondisi darurat radiasi nuklir yang serius,” demikian disebutkan oleh artikel tersebut.
Dengan hanya separuh negara bagian yang mempunyai rencana penanggulangan radiasi nuklir, banyak penduduk Amerika akan terancam bila radiasi terjadi di kawasan-kawasan perbatasan.
“Tanpa rencana yang memadai, negara-negara bagian yang mengalami darurat radiasi nuklir tidak akan bisa secara efisien, efektif, dan tepat menangani keadaan sehingga angka kematian pun bisa sangat tinggi.”
Survei ini melibatkan 38 departemen kesehatan – termasuk 26 dari 31 negara bagian yang memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) – atau sekitar 76 persen dari Amerika Serikat.
Laporan ini meliputi berbagai rekomendasi buat negara-negara bagian untuk meningkatkan tingkat kesiapan mereka, di antaranya “terpenting” untuk meningkatkan pendidikan soal bagaimana merespon kejadian darurat nuklir di antara petugas kesehatan, meningkatkan perencanaan strategis, dan menyiapkan skenario-skenario untuk kejadian ledakan radiasi.
Departemen kesehatan di negara-negara bagian juga harus bekerja sama lebih kuat lagi dengan badan-badan di tingkat federal agar mereka bisa berkoordinasi soal program pembagian obat-obatan anti-radiasi serta pengujian paparan radiasi di tubuh manusia.
Jepang saat ini tengah berjuang keras di tengah kondisi gawat nuklir sejak gempa bumi yang sangat kuat dan tsunami melanda reaktor PLTN di pesisir timur negeri itu, Jumat pekan lalu.
Reaktor-reaktor nuklir dipadamkan secara otomatis, sesuai dengan disain mereka. Namun lenyapnya pasokan listrik dan kerusakan yang diakibatkan oleh tsunami nampaknya mempersulit kerja generator yang harusnya mendinginkan sistem di reaktor-reaktor nuklir tersebut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar